Salam,
Lagi-lagi, kalau bukan karena dopamine mungkin tulisan ini tidak akan pernah ada. Begitu pula tulisanku sebelumnya tentang teori Golden Circle dan perasaan cinta, rima cinta dan permainan menarik tentang pencarian pasangan. Tiga tulisanku sebelumnya memang bertema cinta yang oleh karena itulah dopamine berpengaruh besar di dalamnya.
Memangnya dopamine ada hubungannya dengan perasaan cinta? Menurut hasil riset yang kubaca, dua hal tersebut saling berhubungan.
Maka pada tulisanku kali ini, aku akan menjelaskan alasan paling logis yang menjelaskan mengapa dan bagaimana perasaan jatuh cinta itu datang. Sehingga dapat ditarik kesimpulan apa cinta itu sebenarnya. Mungkin tak 100% benar tapi setidaknya ini berdasarkan data yang pernah kutemukan, semoga memberi wawasan lain ya.
Jatuh Cinta
Jatuh cinta tak selamanya antara pria dan wanita untuk menjadi sepasang kekasih, cinta pun hadir diantara hubungan orang tua dengan anaknya; begitupula saat kita membantu orang tak dikenal di jalanan. Tapi aku akan spesifik menjelaskan cinta diantara pria dan wanita.
Ada ungkapan; cinta datang dari mata turun ke hati.
Artinya cinta ada berkat rangsangan visual, namun bagaimana dengan mereka yang buta dan tetap memiliki pasangan bahkan menikah? maka selain visual, unsur pendengaran(audio) pun dapat memberi rangsangan cinta.
Bagaimana dengan jatuh cinta pada pandangan pertama?
Tentu unsur visual kuat pengaruhi adanya rasa cinta tapi sebenarnya bukan itu hal yang harus dijawab dulu, melainkan bagaimana kita bisa merasakan cinta. Jawabannya ada di dalam tubuh manusia yang dapat dijelaskan secara biologis.
Dopamine dan Serotonin
Dua nama tersebut adalah hormon di tubuh manusia yang paling menonjol saat jatuh cinta. Saat seseorang jatuh cinta, kadar Dopamine meningkat tajam sehingga membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Sebaliknya, kadar Serotonin menurun sehingga membuat manusia menjadi tidak percaya diri (grogi) atau was-was.
Dopamine
Secara alamiah kadar Dopamine meningkat saat kita melakukan aktivitas yang menyenangkan. Sayangnya, rasa nyaman dari Dopamine ini sungguh adiktif dan kadang membuat manusia bertindak tidak sehat seperti ketagihan internet, nonton TV bahkan berjudi. Inilah alasan mengapa kita merasa ingin selalu berduaan saat sedang jatuh cinta.
Serotonin
Kala Dopamine meningkat, ternyata berefek pada menurunnya kadar hormon Serotonin sehingga perilaku kita cenderung aneh saat bertemu orang yang dicinta; efek yang sama dengan penderita OCD(Obsessive-Compulsive Disorder) sehingga ada ahli menyebut jatuh cinta adalah perilaku obsesif sementara.
Cinta atau Dopamine?
Bila kita merasakan cinta karena kadar Dopamine yang meningkat tajam, maka apakah kita benar-benar jatuh cinta atau hanya sekedar kecanduan hormon dalam tubuh.
Secara logis, cinta bukanlah sebuah perasaan yang tiba-tiba datang dan merasa bahwa dia(orang yang kita suka) adalah 'the one' yang terpilih. Cinta hanyalah hasil perseteruan hormon dalam tubuh yang suatu saat akan berakhir menghilang dan muncul kembali. Oleh karenanya cinta adalah sebuah pilihan untuk kita berkomitmen pada seseorang.
Mungkin inilah jawaban mengapa banyak pasangan yang tak berani untuk menjalin pernikahan dengan alasan takut berhenti mencintai. Tak heran pula jika kita mudah suka dengan seseorang namun sukar bertahan lama untuk menyukainya.
Dengan penjelasan logis di atas, dapat disimpulkan bahwa cinta berasal dari perilaku kita terhadap orang yang kita cinta. Ini semua hanyalah soal komitmen untuk mencintai (berperilaku) pada sang kekasih.
Terlepas dari keuntungan dan kerugian punya seorang pacar; semoga pengetahuan ini dapat merubah cara kita mencintai seseorang. Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar