Posting By Gallerydunia.com

Menghitung Umur Semesta secara Al'quran



Beberapa Teori

Penentuan umur alam semesta dapat dilakukan dari berbagai pendekatan. Sebuah penelitian lain menunjukkan bahwa usia alam semesta ini adalah 15 milyar tahun, dan pendapat dari Mohammad Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything. Beliau menyatakan kalau umur alam semesta itu 17—20 milyar tahun. Ada empat teori yang umum yang digunakan seperti disebutkan dalam http://mediaonlinenews.com.

Teori : Umur Alam Semesta Yang Mengembang

Jarak galaksi dapat ditentukan dari ukuran yang tampak atau kecerlangannya. Galaksi yang tampak lebih kecil dan lebih redup dari galaksi lain yang serupa, berarti berjarak lebih jauh. Jarak juga bisa ditentukan menggunakan penanda jarak yang lain, seperti beberapa jenis bintang. Selain jarak, laju galaksi bergerak bisa dtentukan dengan pengetahuan spektrum-nya.

Christian Doppler di tahun 1842 menunjukkan bahwa ketika sumber cahaya bergerak, gerakan tersebut menyebabkan mengubah gelombang, mengubah warna yang dilihat padaspektrum. Efek ini dikenal sebagai efek Doppler. Dari sini kita bisa mengetahui bagaimana benda-benda langit bergerak terhadap kita sebagai pengamat di Bumi, dan berapa cepat pergerakannya.

Di tahun 1920-an, Edwin Hubble menemukan bahwa galaksi – galaksi bergerak terhadap kita dengan pola tertentu. Semakin jauh galaksi dari kita, semakin cepat pergerakannya. Pola ini yang dikenal sebagai “alam semesta mengembang”, karena pola perilaku ini terlihat pada semua arah di langit.

Ahli astronomi mencoba mengukur berapa lama pengembangan telah terjadi. Jika diasumsikan bahwa semua galaksi berangkat dari titik awal yang sama, maka bisa dideduksi, berapa jauh yang telah ditempuh suatu galaksi dan berapa kecepatan tempuhnya, kemudian membagi jarak terhadap laju. Dengan menambahkan faktor – faktor fisis yang realistis seperti adanya pengaruh gravitasi, atau adanya inflasi alam semesta, umur semesta diperoleh antara 12 sampai 14 milyar tahun.

Teori : Umur Bintang Paling Tua

Bagaimana bintang bisa menyala? Bagaimana menentukan umurnya? Berapa lama bintang dapat menyala? Bintang (termasuk Matahari) dapat bersinar karena adanya proses termonuklir di dalamnya, yang berfungsi sebagai generator pembangkit energi, akibat perubahan hidrogen menjadi helium; akibat panas dan tekanan yang sangat intens dalam inti bintang.

Fisika nuklir bisa menjelaskan berapa banyak energi yang dihasilkan dari fusi setiap atom hidrogen. Diketahui berapa banyak hidrogen panas dalam inti bintang, dan berapa cepat bintang menggunakan energinya untuk bersinar. Dengan demikian bisa dihitung berapa lama bintang bersinar sebelum kehabisan seluruh bahan bakarnya. Jika bintang telah kehabisan hidrogen di intinya, bintang berubah menjadi ‘raksasa merah’. Ketika kita menemukan adanya bintang raksasa tersebut, bisa ditentukan massa awalnya, tenaga awalnya, dan kala hidupnya dapat ditentukan. Demikian setelah diukur berbagai bintang yang telah tua tersebut, diperoleh dari metode ini umur semesta berkisar antara 10 – 15 milyar tahun.

Teori : Umur Cahaya Dari Galaksi Terjauh

Sebagaimana yang telah diungkap tentang jarak dalam ‘tahun cahaya’, pengamatan memberikan informasi tentang galaksi yang sangat jauh, sehingga yang cahaya dikirimkan oleh galaksi tersebut butuh milyaran tahun untuk mencapai pengamat. Dari hal tersebut, sepertinya kita sedang menggunakan mesin waktu, ketika kita mengamati langit, kita mengamati peristiwa yang telah terjadi di waktu yang telah berlalu. Pengamatan dari Hubble Space Telescope memberikan jarak terjauh galaksi yang teramati mencapai 10 milyar tahun cahaya, dengan demikian paling tidak semesta kita ini telah berumur 10 milyar tahun.

Teori : Umur Komposisi Kimia

Setelah ledakan besar awal (big bang), semesta tersusun dari elemen – elemen paling sederhana, yaitu hidrogen dan helium. Galaksi yang sangat-sangat jauh merupakan bukti bahwa hal ini memang demikian adanya, karena memiliki komposisi hidrogen dan helium yang jauh lebih besar. Komposisi kimia yang lebih kompleks dari hidrogen dan helium terbentuk kemudian akibat reaksi nuklir dalam inti bintang, atau ketika bintang yang sangat masif berakhir nasibnya dalam ledakan besar (supernova). Di dalam supernova yang teramati, terdapat elemen kimia yang terbentuk setelah 10-20 milyar tahun.

Pembuktian Ilmiah

Pembuktian paling mutakhir dilakukan oleh NASA. Pada abad ke-20 sudah terbukti bahwa alam semesta ini terbentuk dari sebuah ledakan besar (big bang theory) yang terjadi sekitar 13,75 milyar (10 pangkat 9) tahun yang tahun yang lalu. Hal ini sudah dibuktikan dengan Lambda-CDM concordance model . Model ini menjelaskan evolusi alam semesta dari suatu zat yang padat, panas sama (a very uniform, hot, dense primordial state) melalui suatu pengembangan. Model ini sangat masuk akal secara teoritis dan didukung kuat oleh pengamatan astronimis terbaru dengan presisi yang tinggi seperti WMAP.

Dalam Wikipedia dijelaskan WMAP adalah : “The Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) was instrumental in establishing an accurate age of the universe, though other measurements must be folded in to gain an accurate number”. WMAP adalah milik NASA yang pada tahun 2010 mengeluarkan data amatan selama tujuh tahun. Data tersebut mengestimasikan bahwa umur alam semesta adalah 1.375±0.011×1010 tahun (13.75 billion years old, with an uncertainty of plus or minus 110 million years).

Dalam http://pubs.usgs.gov/gip/geotime/age.html disebutkan “The age of 4.54 billion years found for the Solar System and Earth is consistent with current calculations of 11 to 13 billion years for the age of the Milky Way Galaxy (based on the stage of evolution of globular cluster stars) and the age of 10 to 15 billion years for the age of the Universe (based on the recession of distant galaxies)”.

Pendapat Yang Meragukan


Sementara itu seorang professor bernama Jean Claude Batelere bilang kalau umur semesta itu kisarannya ada di 18 milyar tahun. (Khusus untuk Prof. Jean Claude Batelere ini sepertinya orangnya palsu, malah mungkin tidak pernah ada). Publikasi perhitungan dalam berbagai blog yang katanya berdasarkan Al Quran sekarang ini seolah-olah membuktikan bahwa Prof. JC.Batelere tersebut benar. Dengan dalil perhitungannya seperti berikut ini.

Pertama, berdasarkan informasi Al Qur’an, keberadaan alam dunia tidak lebih dari 1 hari. Ini termuat dalam QS. Thaha ayat 104.
“Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, ‘Kami tinggal (di dunia) tidak lebih dari sehari saja.’.”

Kedua, sehari langit sama artinya dengan 1.000 tahun perhitungan manusia. dijelaskan dalam QS. Al Hajj ayat 47.
“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar adzab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. dan sesungguhnya di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Ketiga, sehari kadarnya 50.000 tahun yang termuat dalam QS. Ma’arij ayat 4.
“Para malaikat dan Jibril naik, (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.”

Bila 1 tahun hitungan manusia adalah 365,2422 hari, maka sehari langit diperoleh:
365,2422 x 50.000 x 1.000 x 1 diperoleh 18,26 milyar tahun.

Perhitungan Sendiri


Menurut pendapat saya hal tersebut tidak tepat. Saya lebih setuju dengan hasil penelitian NASA (karena yang paling mutakhirdan didukung data amatan yang kontinu) yang menyebutkan usia alam semesta sekitar 13,7 milyar tahun. Dalil yang saya gunakan adalah ayat-ayat Al Quran berikut ini.

 
Teorinya sebagai berikut.
1.Saat ledakan big bang terjadi semua materi prototype alam semesta terlontar dengan kecepatan yang berbeda-beda. Analogi seperti ledakan bom, ada pecahan yang terlontar lebih jauh dari pusat ledakan dan ada yang lebih dekat. 
2.Sesaat setelah terjadi ledakan Big Bang, materi-materi yang terlontar menyusun menjadi alam semesta seperti sekarang ini.

3.Materi-materi yang terlontar dengan kecepatan lebih tinggi akan berada lebih ke “tepi” alam semesta pada saat ini. Semesta dibagi dalam dua area, Alam Semesta Dalam (ASD) dan Alam Semesta Tepi (AST).

4.Materi-materi yang terlontar dengan kecepatan lebih lambat membentuk semesta Bimasakti dan galaksi-galaksi disekitarnya (ASD).

5.Perbedaan kecepatan lontar ini tidak akan membedakan umur AST dan ASD sebab terlontar pada saat yang sama (Big Bang). Perbedaan kecepatan ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, AST sudah menempuh jarak yang lebih jauh dibanding ASD di alam semesta ini, namun demikian usia ASD dan AST sama.Kedua, jika diasumsikan bumi sebagai pusat ledakan/pusat semesta, maka jarak AST dapat dipandang sebagai adalah jari-jari alam semesta

6.Saat ini gugusan galaksi ditepi alam semesta yang terlontar lebih cepat memasuki fase perlambatan gerak, sementara galaksi bimasakti dan sekitarnya masih mengalami percepatan gerak.

7.Pengukuran ilmiah menggunakan cahaya bintang dan radiasi ledakan. Walaupun usia pembentukan bintang sama-sama dari Big Bang, namun karena ada yang terlontar lebih cepat, maka bintang itu akan lebih cepat kehabisan energi (perbandingannya seperti orang yang berjalan dan berlari)


 
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut saya mencoba mencermati ayat-ayat dalam Al Quran sebagai berikut.

QS.51-Az Zariyat ayat 47
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”

Ayat ini menjelaskan teori Big Bang dalam penciptaan alam semesta

QS.22-Al Hajj ayat 47
“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar adzab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. dan sesungguhnya di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Ayat ini menjelaskan relativitas waktu Allah terhadap waktu dunia fana. Selain itu ayat ini juga menjelaskan satuan waktu hidup semesta terhadap masa penciptaannya. Simbol 1 hari = 1.000 tahun adalah konstanta relativitas semesta terhadap waktu kita sekarang.

QS.70-Ma’arij ayat 4
“Para malaikat dan Jibril naik, (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.”

Ayat ini menjelaskan :

1.bahwa relativitas waktu terjadi karena adanya unsur jarak yang luar biasa jauhnya dan kecepatan yang luar biasa
2.ada kecepatan yang lebih cepat dari kecepatan cahaya, yaitu kecepatan partikel malaikat dan ruh (akan dijelaskan dalam tulisan saya yang lain)
3.besaran kecepatan yang disebutkan dalam ayat ini adalah:
V x T = L dimana V adalah kecepatan, T adalah waktu, dan L adalah jarak
V x 1 hari = 50.000 tahun
Jadi V = 50.000 tahun per hari

Penciptaan Bumi adalah bagian dari pencptaan alam semesta (Big Bang). Faktor kecepatan semesta juga digunakan dalam mengukur usia bumi. Saat Al Quran diturunkan kecepatan pada masa itu diukur tidak dalam bentuk satuan seperti saat ini. Dulu kecepatan dan jarak dinyatakan dengan waktu (hari). Misalnya ada yang bertanya berapa jarak Athena dan Roma? Orang akan menjawab, “oh, jaraknya kira-kira 4 hari perjalanan dengan kuda, atau 15 hari berjalan kaki”

QS.10-Yunus ayat 5
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa untuk menentukan bilangan tahun dan perhitungan waktu digunakan perhitungan posisi bulan (kalender bulan). Satu periode edar bulan adalah 29,5306 hari (sinodik). Periode edar bulan adalah konstan dan kontinue dalam waktu yang singkat, ini menyimbolkan gerak pengembangan semesta yang terjadi secara kontinyu. Semakin kecil satuan penghitungan waktu akan semakin baik. Dalam Al Quran satuan waktu yang jelas disebutkan adalah “tahun” dengan perhitungan peredaran bulan (manzilah).

QS.36-Yaa Sin ayat 40
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”.

Ayat ini adalah sandi. Allah SWT menjelaskan alam semesta yang luas untuk dipelajari manusia dengan simbol-simbol matahari dan bulan. Maka hal-hal yang berkaitan dengan alam semesta juga dihitung dengan perhitungan matahari dan bulan. Allah SWT telah mengatur pergerakan alam semesta ke dalam skala yang lebih kecil untuk dipelajari manusia dalam pergerakan matahari, bumi, dan bulan.

Ayat ini menjelaskan secara fisik matahari tidak mungkin bertabrakan dengan bulan karena masing-masing ada garis edarnya. Selain itu, dalam hal perhitungan waktu, kalender bulan akan selalu lebih cepat dari kalender matahari, artinya ada sebuah percepatan peredaran bulan. Ayat ini menyimbolkan bahwa di alam semesta ada benda-benda langit yang gerakannya mengalami percepatan dan ada yang mengalami perlambatan. Percepatan dan perlambatan dilambangkan dengan sebuah konstansta.

QS.18-Al Kahfi ayat 25
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”.

Ayat ini adalah simbol percepatan hari edar bulan dalam kalender hijriyah setiap tahunnya dan perlambatan kalender matahari (masa edar bumi terhadap matahari).Percepatan yang dimaksud adalah percepatan usia (penuaan) karena adanya pelepasan energi. Besarnya konstanta percepatan tersebut adalah = (309/300) x (309 – 300) = 9,27. Perbandingan Waktu Kalender Bulan (309) dengan Waktu Kalender Matahari (300) harus dikalikan dengan Selisih Tahun Kalender Bulan dan Matahari (9). Pengalinya adalah bilangan tahun karena tahun kalender bulan lebih cepat tepat sembilan tahun dari kalender matahari setelah 300 tahun kalender matahari.

Rumus Perhitungannya adalah sebagai berikut.


Usia alam semesta dapat dibagi dalam periode yang lebih kecil, seperti misalnya usia 60 tahun dapat dinyatakan dalam satuan yang lebih kecil 12 x 60 = 720 bulan. Demikian juga usia semesta, dan satuan terkecil yang disebutkan Al Quran adalah perhitungan tahun dengan kalender bulan hijriyah. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa pada zaman dahulu (zaman Al Quran diturunkan) orang mengatakan bahwa jarak dinyatakan dalam satuan waktu. Dengan asumsi ini maka saya menghitung usia berdasarkan kecepatan gerak dan periode gerakan. Kecepatan akibat suatu ledakan dipengaruhi oleh suatu perepatan (dorongan). Demikian juga periode gerakan, harus disesuaikan dengan konstanta satuan waktu Allah SWT terhadap manusia.

Usia semesta = periode edar bulan x kecepatan semesta x percepatan atau perlambatan x konstanta relativitas waktu manusia
Faktor pertama : Perhitungan tahun yang digunakan adalah berdasarkan kalender periode bulan (hijriyah). Satu bulan hijriyah adalah 29,5306 hari (periode bulan sinodis). Mengapa dengan perhitungan hari? Hal ini karena relativitas waktu Tuhan dan manusia.

Faktor kedua : Ledakan besar (big bang) melontarkan berbagai partikel pembentuk alam semesta dengan kecepatan tinggi (dalam Al Quran digambarkan dengan perbandingan sehari yang setara dengan 50.000 tahun).

Faktor ketiga : Satuan “hari” yang digunakan dikonversikan kedalam kadar hari menurut perhitungan manusia yaitu seribu tahun.

Faktor keempat : perhitungan kalender hijriyah yang lebih cepat setiap tahunnya dari perhitungan masehi. Besarnya percepatan ini dapat dihitung berdasarkan Surat Al Kahfi ayat 25 tersebut diatas yaitu 9,27.

Perhitungan pertama:


Usia Alam Semesta adalah 29,5306 hari x 12 bulan x 50.000 tahun x 1.000 tahun = 17.718.360.000 atau 17,72 milyar tahun
Pada perhitungan ini semua perhitungan hari dalam satu bulan disetahunkan. Menurut saya perhitungan ini belum akurat.

Perhitungan kedua:

Perhitungan hari dalam satu bulan tidak disetahunkan (tidak dikalikan 12 bulan), karena dalam Al Quran dasar perhitungan waktu /tahun adalah bulan, tapi dikalikan dengan faktor percepatan sebesar 9,27.

Usia Semesta = 29,5306 hari x 9,27 x 50.000 tahun per hari x 1.000 = 13.687.443.100 atau 13,69 milyar tahun sejak ledakan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa usia AST dan ASD sama-sama berusia 13,69 milyar tahun. Pengaruh adanya perlambatan gerak akan saya jelaskan dalam tulissan tentang diameter alam semesta.

Bandingkan dengan hasil pengolahan data WMAP milik NASA dan informasi http://pubs.usgs.gov/gip/geotime/age.html yang menyebutkan angka 13,7 milyar tahun untuk usia alam semesta/bima sakti erdapat selisih sekitar 10 juta tahun namun hal ini dalam perhitungan kosmologis masih dapat ditoleransi (tidak signifikan) karena toleransi perhitungan NASA mencapai 110 juta tahun.

Subhanallah……bayangkan saja, Al Quran yang diturunkan 1.400 tahun silam sudah menyebutkan usia alam semesta saat ia (Al Quran) diturunkan. Jika ditambahkan sampai saat ini (1.400 tahun) maka angka usia Bimasakti tersebut menjadi 13.687.444.500. Menurut saya, perbedaan yang sangat kecil ini membuat Al Quran akan tetap relevan bahkan sampai 500.000 atau satu juta tahun kedepan. Namun kita tidak tahu, Allah SWT Yang Maha Membuat Perhitungan punya kehendak sendiri. Jika menurut Allah SWT penambahan seratus tahun saja sudah membuat AL Quran tidak lagi relevan dengan zaman maka mungkin saat itulah kiamat kubra diturunkan. Wallahu alam……

Semoga dapat bermanfaat…..





" HIDUP KAN GALLERYDUNIA.COM DENGAN BUDAYA KAN BERKOMENTAR"
"Semua Komentar terlebih dahulu melalui moderator dan akan di tampilkan dalam paling lambat 1 x 24 jam dan untuk email pemberitahuan komentar yang di terbitkan atau replay silahkan klik ' Subscribe by email ; ,komentar spam ,caci maki ,berbau,porno; dan lain-lain yang dapat memancing; keributan akan admin hapus..!! terima kasih.
" JIKA ADA GAMBAR ATAU ARTIKEL YANG RUSAK MOHON BATUAN PEMBACA SETIA UNTUK MEMBERITAHUKAN ADMIN DENGAN BERKOMENTAR DI BAWAH INI "





0 komentar:

Posting Komentar