Posting By Gallerydunia.com

Memahami Penyebutan “AKU” dan “KAMI” Dalam Al-Qur’an




Seringkali, kafirun mencoba mengganggu iman kita dengan bertanya: Mengapa Qur’an sering menggunakan kata KAMI untuk ALLAH? Bukankah kami itu banyak? Apakah itu bermakna Qur’an pun mengakui Tuhan itu lebih dari 1?

Bagaimana kita menjelaskannya? Mungkin kita juga pernah bertanya demikian?

MAKNA KATA “KAMI” (NAHNU) DALAM QUR’AN

Paling kurang ada  5 jawaban, apa sajakah itu? Bagi yang belum tahu, mari kita sama-sama berbagi ilmu:

Jawaban 1: Kata KAMI sebagai penghormatan / kesopanan

Bahasa Arab ialah bahasa paling sukar didunia. Sedang bahasa paling sukar nomor 2 ialah Bahasa China. Hal ini disebabkan kerana dalam 1 kata, bahasa arab memiliki banyak makna.

Contoh: Sebuah gender, dalam suatu daerah boleh bermakna lelaki, tapi dalam daerah lain boleh bermakna perempuan.

Dalam bahasa Arab, dhamir ‘NAHNU‘ ialah dalam bentuk jamak yang berarti kita atau kami. Tapi dalam ILMU NAHWU, maknanya tak cuma kami, tapi aku, saya dan lainnya.
Terkadang kita sering terjebak dengan pertanyaan sejenis ini. Pertanyaan diatas muncul karena ketidak tahuan meraka, namun banyak pula para kufar yang berusaha untuk membodohi umat Islam yang tak faham dengan bahasa arab. Pertanyaan seperti ini sering dijadikan senjata melawan umat Islam yang kurang ilmunya.

Tapi bagi mereka yang faham bahasa Arab sebagai bahasa yang kaya dengan makna dan kandungan seni serta balaghah dan fashohahnya, Pertanyaan ini terlihat lucu dan jenaka. Bagaimana mungkin aqidah Islam yang sangat logis dan kuat itu mau ditumbangkan cuma dengan bekal logika bahasa yang setengah-setengah?
JIKA MEMANG “KAMI” DALAM QUR’AN DIARTIKAN SEBAGAI LEBIH DARI 1, LALU MENGAPA ORANG ARAB TIDAK MENYEMBAH ALLAH LEBIH DARI 1? MENGAPA TETAP 1 ALLAH SAJA? TENTU KARENA MEREKA PAHAM TATA BAHASA MEREKA SENDIRI.
Dalam ilmu bahasa arab, penggunaan banyak istilah dan kata itu tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Sedangkan Al-Quran adalah kitab yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi.
Selain kata ‘Nahnu”, ada juga kata ‘antum’ yang sering digunakan untuk menyapa lawan bicara meski hanya satu orang. Padahal makna ‘antum’ adalah kalian (jamak).

Secara rasa bahasa, bila kita menyapa lawan bicara kita dengan panggilan ‘antum’, maka ada kesan sopan dan ramah serta penghormatan ketimbang menggunakan sapaan ‘anta’. Kata ‘Nahnu’ tidak harus bermakna arti banyak, tetapi menunjukkan keagungan Allah Subhanahu wa ta’ala Ini dipelajari dalam ilmu balaghah.

Contoh: Dalam bahasa kita ada juga penggunaan kata “Kami” tapi bermakna tunggal. Misalnya seorang berpidato sambutan berkata,”Kami merasa berterimakasih sekali . . . “

Padahal orang yang berpidato Cuma sendiri dan tidak beramai-ramai, tapi dia bilang “Kami”. Lalu apakah kalimat itu bermakna jika orang yang berpidato sebenarnya ada banyak atau hanya satu ? Kata kami dalam hal ini digunakan sebagai sebuah rasa bahasa dengan tujuan nilai kesopanan. Tapi rasa bahasa ini mungkin tidak bisa diserap oleh orang asing yang tidak mengerti rasa bahasa. Atau mungkin juga karena di barat tidak lazim digunakan kata-kata seperti itu.

Kalau kawan diskusi kita yang christian itu tak paham rasa bahasa ini, harap maklum saja, karena alkitab bible mereka memang telah kehilangan rasa bahasa. Bahkan bukan hanya kehilangan rasa bahasa, tapi juga kehilangan kesucian sebuah kitab suci. Sebagai contoh dari rasa bahasa Kitab tetangga yang sudah “Hancur Lebur” menuliskan dalam Kitab Yehezkiel.
23:20 Ia birahi kepada kawan-kawannya bersundal (berzina), yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda.
23:21 Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu.

Ini hanya salah satu contoh dari 500an lebih ayat porno dalam kitab tetangga. (FYI: Ada juga Kitab Kidung Agung, dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tahun 2004 yang isinya sudah direvisi / diperhalus agar sesuaikan dengan adat ketimuran – pen.)

Seperti yang sudah diketahui banyak orang, alkitab christian merupakan terjemahan dari terjemahan yang telah diterjemahkan dari terjemahan sebelumnya.

Ada sekian ribu versi bible yang antara satu dan lainnya bukan sekedar tidak sama tapi juga bertolak belakang. Jadi wajar bila alkitab christian mereka itu tidak punya balaghoh, logika, rasa dan gaya bahasa. Dia adalah tulisan karya manusia yang kering dari nilai sakral.

Di dalam Al-Quran ada penggunaan yang kalau kita pahami secara harfiyah akan berbeda dengan kenyataannya. Misalnya penggunaan kata ‘ummat’. Biasanya kita memahami bahwa makna ummat adalah kumpulan dari orang-orang. Minimal menunjukkan sesuatu yang banyak. Namun Al-Quran ketika menyebut Nabi Ibrahim yang saat itu hanya sendiri saja, tetap disebut dengan ummat.
QS.16 An-Nahl :120 “Sesungguhnya Ibrahim adalah UMMATAN yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan”.
Dalam tata bahasa Arab, ada kata ganti pertama singular [anâ], dan ada kata ganti pertama plural [nahnu]. Sama dengan tata bahasa lainnya. Akan tetapi, dalam bahasa Arab, kata ganti pertama plural dapat, dan sering, difungsikan sebagai singular. Dalam grammer Arab [nahwu-sharaf], hal demikian ini disebut “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i”, kata ganti pertama yang mengagungkan dirinya sendiri. Permasalahan menjadi membingungkan setelah al-Quran yang berbahasa Arab, dengan kekhasan gramernya, diterjemahkan ke dalam bahasa lain, termasuk Indonesia, yang tak mengenal “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” tersebut.

Jawaban ke 2: Ada peran makhluk lain atas kehendak ALLAH

Contoh penggunaan kata KAMI dalam Qur’an:

Qs. 15 Hijr: 66.“Dan telah Kami wahyukan kepadanya perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh”.

“Kami wahyukan…” Maka disini berarti ada peran makhluk lain yaitu Malaikat Jibril sebagai pembawa atas perintah Allah.

Contoh penggunaan kata AKU dalam Qur’an:

Qs.20 Thaaha:11-16
11. Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: “Hai Musa.
12. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.
13. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan.
14. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
15. Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.
16. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa”.

Pada ayat-ayat di atas, kata AKU digunakan karena Allah sendiri berfirman langsung kepada Nabi Musa ‘Alaihis salam tanpa perantara Malaikat Jibril….

Contoh penggunaan kata KAMI dan AKU yang bersamaan dalam Qur’an:
Qs.21 Anbiyaa: 25. “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
Kata KAMI digunakan saat Allah mewahyukan dengan perantara Malaikat Jibril, & kata AKU digunakan sebagai perintah menyembah Allah saja.
Qs.23 Mu’minuun: 27. “Lalu Kami wahyukan kepadanya: “Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari setiapnya, dan keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan”.
Kata KAMI digunakan saat mewahyukan kepada Nabi Nuh ‘Alaihis salam dengan perantara Malaikat Jibril, & kata AKU digunakan saat tidak ada malaikat. Contoh peran makhluk lain dalam kata KAMI ialah peran sepasang suami istri dalam peran penciptaan manusia.

Jawaban ke 3: Kata KAMI pun digunakan dalam kitab terdahulu

Bahasa Arab sedikit banyak memiliki persamaan dengan saudara 1 rumpunnya yaitu Bani Israil. Ini saya maksudkan dalam kitab “Taurat” masa sekarang pun, dalam bahasa aslinya kata yang digunakan ialah KAMI, tapi orang yahudi tidak pernah menganggap Tuhan itu lebih dari 1.Sebagai Contoh ialah dalam Alkitab Kristen:

Kejadian 1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (BAHASA SEKARANG). Padahal dalam bahasa ibrani aslinya ialah menggunakan kata KAMI….Tapi yahudi tidak ada yang menyembah Tuhan 2 tapi 1,,, atau Tuhan 3 tapi 1,,, atau Tuhan 4 tapi 1….

Jawaban ke 4: Kata AKU dan KAMI adalah eksistensi ALLAH

ALLAH mengistilahkan diri-Nya kadang sebagai AKU dan kadang sebagai KAMI. AKU adalah eksistensi-NYA sendirian dan KAMI adalah eksistensi-NYA yang meliputi segalanya. Dalam Al-Quran dikatakan: “Sesungguhnya AKU adalah ALLAH”, dan tidak dikatakan “Sesungguhnya KAMI adalah ALLAH.”

Tapi dalam ayat lain dikatakan “Sesungguhnya KAMI yang menurunkan Al-Quran dan menjaganya”, dan tidak dikatakan “Sesungguhnya AKU yang menurunkan Al-Quran dan menjaganya”. Artinya, dengan menggunakan kata KAMI berarti ALLAH tengah menunjukkan keluasan kekuasaan-Nya dengan menyuruh para malaikat dan manusia untuk menjaga Al-Quran. Toh, karena Al-Quran itu untuk manusia dan alam semesta.

Mengapa harus demikian? Sebab, Makhluk berbeda dengan Kholik, tapi Kholik meliputi Makhluk. Malaikat pun adalah Makhluk. Jadi ketika Malaikat sedang bekerja berarti Kholik sedang bekerja. Walaupun sebenarnya Kholik bisa bekerja tanpa Makhluk, tapi Makhluk butuh Kehadiran Makhluk lainnya agar informasi yang disampaikan oleh Kholik bisa diterima, sebab bahasanya satu getaran, bahasa sesama makhluk.

Memangnya apa yang terjadi Kalau Kholik langsung kasih wahyu ke Makhluk, langsung kasih Rejeki ke Makhluk, langsung berbicara dengan Makhluk?

Maka makhluk bisa hancur karena ketidaksiapannya, sebagaimana Musa ‘alaihis salam yang pingsan dan gunung tursina yang berhamburan. Maka Makhluk harus “tahu diri” bahwa dimensinya masih ZAHIR dan belum sampai BATHIN. Sedangkan KHOLIK itu MAHA ZAHIR sekaligus MAHA BATHIN. Artinya, sebetulnya KHOLIK siap bermain di wilayah dimensi manapun, tapi kebanyakan makhluk tidak siap menerima kehadiran Kholik jika bermain di wilayah BATHIN, kecuali makhluk yang sudah siap ZAHIR dan BATINnya, sebagaimana Rosulullah shallaahu ‘alaihi wasallam.

Untuk wilayah ZAHIR maka Allah utus Malaikat dan Para Nabi-Nya, agar makhluk bisa menerima informasi tentang-NYA dengan lebih baik. Itu sebabnya di Al-Quran dikatakan bahwa Allah itu ZAHIR (TERLIHAT) sekaligus BATHIN (TERSEMBUNYI).
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dialah yaang Awal dan Yang Akhir Yang Zahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. 57-Al Hadid ayat 3)

Jawaban ke 5 : Makna kata KAMI berarti Allah SWT mengajarkan manusia untuk tidak egois/rendah hati

Penggunaan kata KAMI menurut saya juga bermakna bahwa Allah SWT ingin mengajarkan kepada kita agar manusia tidak egois / rendah hati. Allah SWT Yang Maha Kuasa saja mau menjelaskan kepada manusia bahwa ada keterlibatan makhluk lain (malaikat) dalam berbagai perintah-Nya (peran malaikat sebagai utusan/perantara tetap diakui/disebutkan). Penyebutan ini menunjukkan bahwa Allah SWT tidak sombong walaupun Dia, Penguasa Alam Semesta, amat sangat berhak untuk sombong, masa iya kita yang cuma manusia biasa sering egois dan sombong. Egois adalah hak prerogatif Allah SWT atas semua ciptaan-Nya namun Allah SWT ternyata tidak egois.

Semoga bermanfaat. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan dan aku memuji-Nya sebanyak bilangan makhluk-Nya.







" HIDUP KAN GALLERYDUNIA.COM DENGAN BUDAYA KAN BERKOMENTAR"
"Semua Komentar terlebih dahulu melalui moderator dan akan di tampilkan dalam paling lambat 1 x 24 jam dan untuk email pemberitahuan komentar yang di terbitkan atau replay silahkan klik ' Subscribe by email ; ,komentar spam ,caci maki ,berbau,porno; dan lain-lain yang dapat memancing; keributan akan admin hapus..!! terima kasih.
" JIKA ADA GAMBAR ATAU ARTIKEL YANG RUSAK MOHON BATUAN PEMBACA SETIA UNTUK MEMBERITAHUKAN ADMIN DENGAN BERKOMENTAR DI BAWAH INI "





0 komentar:

Posting Komentar