Jumlah pelanggan PT Telkomsel menembus angka 100 juta dan menjadikan perusahaan ini sebagai operator seluler ketujuh terbesar di dunia. Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno mengatakan, pencapaian 100 juta pelanggan berkualitas merupakan sejarah fenomenal dan momentum penting. Ini mengingat bisnis di sektor telekomunikasi seluler mulai memasuki tahap jenuh. “Kami berada di peringkat ke-7 dunia untuk kategori operator seluler GSM yang memiliki pelanggan 100 juta di suatu negara. Dengan jumlah pelanggan sebesar ini, Telkomsel memiliki fondasi yang kuat dan paling siap melangkah, seperti untuk layanan yang berpusat pada data,” katanya di acara pengukuhan 100 Juta Pelanggan di Jakarta, Selasa (26/4). Selain itu, menurut Sarwoto, pencapaian yang melampaui 100 juta pelanggan ini menandai Telkomsel mampu memberikan inovasi. Jadi, tidak hanya sekadar layanan mendasar, tetapi juga layanan terbaru yang bersifat pri badi. Namun, di mengakui, Telkomsel sebelumnya menargetkan pelanggan sebanyak 100 juta bisa dicapai pada akhir 2010, tetapi sasarannya mundur hingga empat bulan. “Kompetisi di komunikasi seluler makin ketat. Saat kami mencanangkan operator 100 juta pelanggan, operator lain juga melakukan langkah yang sama,” ujar Sarwoto.
Terkait upaya transformasi ini, Telkomsel menginvestasikan belanja modal senilai 1,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 10,9 triliun pada 2011, yakni sebesar 60 persen dari belanja modal tersebut untuk peningkatan layanan broadband. Saat ini tercatat 100 juta pelanggan Telkomsel dilayani lebih dari 38.000 base transceiver station (BTS), termasuk lebih dari 8.300 Node B (BTS 3G). Pada acara yang dihadiri para pendiri Telkomsel tersebut, perusahaan memberikan penghargaan kepada mantan Presiden RI BJ Habibie dan menetapkannya sebagai pelanggan ke-100 juta dengan memberikan nomor khusus sebagai pelanggan kartu Halo. BJ Habibie dinilai sebagai figur yang turut serta mendorong perkembangan teknologi dan informasi di Tanah Air. “Mantan Menristek Bapak Habibie juga tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dan pertumbuhan Telkomsel,” tutur Sarwoto.
Sebelumnya diketahui, Habibie merupakan orang pertama yang melakukan panggilan telepon menggunakan Kartu Halo pada 25 Mei 1996 dan sekaligus meresmikan beroperasinya layanan Telkomsel yang dirintis dari Batam. Di lain pihak, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang merupakan induk perusahaan Telkomsel berencana mengakuisisi saham CamGSM, operator seluler terbesar di Kamboja. “Tahun ini kita harapkan akuisisi tersebut bisa dirampungkan,” kata Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah.
Menurut dia, proses akuisisi sedang berlangsung dan tinggal menunggu kesepakatan harga penawaran. Untuk masuk ke CamGSM, Telkom harus bersaing dengan tiga operator telekomunikasi lainnya, yaitu dari Eropa dan Asia. “Telkom menghendaki bisa menguasai minimal 51 persen saham atau mayoritas,” ujarnya. Ekspansi Telkom ke luar Indonesia sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu saat mengakuisisi saham perusahaan IT Scicom dan bermitra dengan perusahaan asal Korea. (A Choir)
JAKARTA (Suara Karya):
0 komentar:
Posting Komentar