Posting By Gallerydunia.com

Pameran tubuh-tubuh mati


Gambar yang tersaji di halaman iklan booklet visitor guide to New York itu membuat saya penasaran, karena menampilkan photo wajah dan tubuh seorang laki laki telanjang, yang seolah sedang melangkah, dan berpose sembari menyelempang kulit luarnya sendiri seperti seorang model menyelempang jaket ke bahunya.  Ya, benar, wajah dan tubuh lelaki itu sudah dikuliti.  Otot, dan daging dalam tertampil dengan artistik.  Ini pameran mayat, tubuh mati manusia.  Bunyinya, The Body Worlds Exhibition sedang berlangsung. 



Mungkin pembaca KoKi mengira selera saya aneh.  Mbok yao, ke New York pergi lihat patung Liberty, atau ke Metropolitan Museum of Art yang rada sophisticated gitu…  Tapi saya selalu tertarik dengan rahasia tubuh manusia.  Bisa jadi juga hasrat terpendam saya yang tak kesampaian untuk menjadi dokter.  Mungkin itu sebabnya juga saya tertarik untuk mendatangi pameran tersebut.  Ini pertama kalinya saya ke New York, dan saya berniat melihat lihat ke radius yang lebih jauh dari sekedar Central Park yang lokasinya dekat dengan Hilton tempat saya menginap.  Sayangnya, saya gagal berkunjung.  Jadwal saya padat, dan di hari terakhir di New York saya gunakan waktu seharian untuk berkeliling kota naik bis tingkat dan mengambil photo. Melihat Body Worlds di New York, tinggal mimpi…

Ajaibnya, di tahun yang sama, akhirnya impian saya untuk itu terwujud juga, hanya tempatnya berbeda.  Kali ini dalam kunjungan bisnis saya ke Houston, saya mampir ke eksibisi tersebut di Houston Museum of Natural Science. Dua orang kolega saya menemani berkunjung ke museum tersebut.  Lebih asyik lagi karena perusahaan saya punya jatah diskon bagi karyawan yang berkunjung kesana.



Tidak Menyeramkan

Semula saya tak tahu persis apa yang ditawarkan pameran ini.  Inilah saat saya bisa ngintip bagian dalam tubuh manusia, dan mayat dalam tiga dimensi, bukan gambar atau film, tanpa harus pergi ke kamar mayat atau ke ruang otopsi, dan tanpa harus merasa jijik.  Sangat tidak biasa menontoni onderdil tubuh manusia berbagai ukuran, ras dan jenis kelamin, yang asli, mati, dan sudah di plastinasi.  Ini saja, sudah cukup alasan untuk saya menjadi sangat tertarik. 

Bagi yang belum melihat, cerita tentang  pameran ini mungkin sedikit mengerikan kalau tidak menjijikkan.  Tetapi melihatnya sendiri, tak ada impresi lain selain kekaguman akan keindahan dan kecerdasan kompleks tubuh kita sebagai miniature alam semesta.  Di pameran yang saya datangi, banyak pelajar yang terkesima, tapi pada saat yang sama, juga saya mendengar cekikikan kecil pada saat mereka menatap bandul laki laki atau alat vital wanita.

Pameran ini juga bisa menjadi pelajaran anatomi tubuh manusia yang bukan saja bagus buat para mahasiswa kedokteran tapi juga bagi para pelajar, dan peminat anatomi tubuh.  Saya tidak melihat nya dengan kacamata jorok, bahkan penulis publikasi Times Melanie Reid, menyebutkan bahwa pameran ini sama sekali tidak porno, tidak menyeramkan ataupun menjijikkan.  Pendek kata: luarbiasa!  Membuat saya bersyukur punya kesempatan untuk menyaksikan dan mengagumi ciptaan tuhan yang paling luar biasa ini.

Body Worlds digagas oleh seorang ilmuwan Jerman Gunther Von Hagens yang juga penemu teknik pengawetan mayat disebut plastinasi.  Pameran pertama kali dilakukan di Jepang di tahun 1995 sebelum ke negara maju lainnya.  Saya rasa, pemilihan Jepang sebagai tempat premier untuk melakukan eksibisi sangat tepat.  Bangsa Jepang sangat terbuka terhadap segala macam kreativitas dan inovasi, sementara bangsa maju lainnya masih berdebat apakah hal ini etis atau tidak.  Saat ini, Body Worlds sudah dikunjungi oleh lebih dari 25 juta orang di berbagai Negara.

Pameran ini terdiri dari sejumlah mayat lengkap berikut onderdil dalamnya yang diris, di potong di beberapa bagian dengan apiknya sehingga kita dapat melihat ke dalamnya.  Tentu saja sudah tanpa kulit luar.  Satu satunya yang palsu disitu adalah bola matanya.  Bahkan rambutnya pun rambut asli yang diawetkan dengan baik.  Tehnik plastinasi yang menggantikan cairan tubuh dan lemak dengan cairan silicon karet plastisin memungkinkan mayat mayat itu tetap dalam kondisi aslinya meskipun di potong, dikerat dan diiris tipis, malang melintang. 

Pada setiap eksibisi, biasanya akan dipamerkan sejumlah 25 tubuh utuh yang dirancang berpose artistic dan estetik,dan 200-an potong organ tubuh seperti liver, jantung, usus, jaringan kepala, ginjal, bagian bagian perut, urat, otot dan jaringan syaraf, bahkan janin!  Nah untuk bayi dan janin yang dipamerkan, didapatkan dari koleksi universitas dan rumah sakit yang disumbangkan ke pihak the Body Worlds.  Sangat mengagumkan detail yang ditampilkan.  Pasti hasil kerja yang melelahkan dan membutuhkan dedikasi luar biasa untuk membuatnya akurat seperti itu. 

 


Tidak ada photo-photo-an

Jika saja kamera dibolehkan dipakai di ruang pameran, pasti disela sela suara takjub dari pengunjung, kita bisa mendengar suara klik kamera secara konstan, belum lagi kejap lampu kilat blitz yang pasti tak henti menganggu kenikmatan menonton.  Syukurlah pameran ini anti kamera.  Pengunjung yang ingin masuk diminta menitipkan kamera, video dan hp di konter khusus .  Saya sih senang saja, karena toh masih bisa membeli DVD pamerannya, dan poster jika benar benar berminat terhadap photo eksibisi mayat tadi.  Tapi akhirnya saya Cuma membeli DVD saja, ngeri ah beli poster gambar mayat buat apa?  Hiiiy salah salah malam malam ditegur hantunya hehehe.

Saya tak tahu juga nih apakah Zev dan para Asmods bisa mendapatkan ilustrasi sebenarnya dari pameran Body Worlds untuk artikel ini.  Satu satunya photo yang ada adalah photo saya sendiri dengan seorang teman di depan museum.  Jadi bagi para Kokiers yang penasaran, google saja body worlds, bisa di lihat di youtube atau situs resmi bodyworlds.  Tambahan informasi disini juga saya dapatkan dari berbagai sumber termasuk mas Wiki di Wikipedia.com.



Proses Plastinasi dan Bajakan

Kegiatan plastinasi mayat dan bagian tubuh di Laboratorium Plastinasi Von Hagens dibantu oleh 340 karyawannya di 3 laboratorium di Jerman, China dan Kirgistan.  Di China sendiri, laboratoriumnya dikhususkan untuk memplastinasi hewan.

Von Hagens ini memang nyentrik dan rada rada parno (baca: paranoid) dengan hasil karya nya.  Dia sangat pelit dengan copyright dari pamerannya.  Bahkan pers pun tak boleh memphoto dan merepro sembarangan, cuma boleh di satu publikasi saja dengan syarat dan ketentuan ketat, dan setelah selesai maka copyrightnya mesti dikembalikan ke tangannya lagi.  Bisa dimaklumi jika dia begitu hati hati dan protektif terhadap hasil karya nya yang bukan pekerjaan main main.  Von Hagens menemukan formula dan cara plastinasi mayat di tahun 70-an, dan semenjak itu setiap menit dari hidupnya dibaktikan untuk proyeknya tersebut. 

Untuk setiap tubuh utuh yang siap sedia dipamerkan, dibutuhkan 1500 jam kerja untuk memproses plastinasinya, ini belum termasuk segala tetek bengek urusan yang berkaitan dengan sebelum mayat di plastinasi sampai dia sudah siap untuk dipamerkan.  Alhasil, sebuah cadaver (mayat), bisa membutuhkan waktu satu tahun untuk siap dipamerkan.    Segitupun dalam waktu singkat semenjak debut nya di travelling exhibition The Body Words sudah mendapatkan saingan dan bajakannya..  (memangnya cuma film, musik dan software aja yang ada bajakannya). 

Bisa ditebak knock off nya di produksi dari tempat dimana dia mendedikasikan salah satu laboratoriumnya.  Di China!  Beberapa dari eksibisi tiruannya itu bahkan sempat berpameran di Amerika dan Eropa.  Gaya penampilan dan pose para mayat itupun mirip mirip dengan milik Von Hagens.  Meskipun diprotes keras, mereka berdalih, bahwa tubuh manusia itu universal, bukan eksklusif intellectual property milik perorangan.  Pameran knock off nya yang sempat digelar di Paris dengan judul Our Body: The Universe Within ditutup paksa menyusul keputusan pengadilan, karena pertimbangan bahwa pameran orang mati secara komersial berarti tidak menghormati orang yang mati tersebut.  Sang hakim bahkan memutuskan untuk menyita semua mayat tersebut untuk dikuburkan secara semestinya.

Beda penting dari pekerjaan dan pameran Von Hagens dan pameran serupa lainnya adalah, bahwa semua mayat yang digunakan Von Hagens berasal dari donor yang sah, sementara pameran yang lain, masih dipertanyakan keabsahan mayat mayat yang dipakai.  Konon kabarnya mereka berasal dari kamp tahanan dan para kuli yang mati disiksa di China dan Kyrgistan.

 




Belajar dari Onderdil Tubuh
Tubuh tubuh mati yang dipamerkan di Houston direka gaya sedemikian rupa, mereka selayaknya patung artistic.  Dengan warna mendekati aslinya,  daging dan otot terpampang secara detil.  Ada yang sedang berdansa, ada yang sedang beryoga, dan bermain catur.  Bahkan Von Hagens me-reka gaya sepasang cadaver dengan posisi memadu cinta.  Tapi yang terakhir ini cuma dipamerkan di exhibisi di Berlin.

Setiap specimen yang dipamerkan ada yang diletakkan di tempat terbuka misalnya tubuh utuh, dapat dilihat dengan sangat dekat tanpa penghalang kaca.  Syaratnya, jangan iseng pegang pegang.  Pengunjung cukup disiplin untuk tidak melakukannya.  Saya bayangkan ini pameran ada di Jakarta, pasti sudah banyak cap jadi tangan di tubuh cadaver cadaver itu.  Maklum, selain orang kita disiplinnya masih harus dibenahi, rasa keingintahuan kita mengalahkan pertimbangan lainnya.

Sementara specimen lain yang berbentuk organ tubuh, diletakkan di ruang kaca.  Tiap specimen dilengkapi dengan informasi singkat yang menurut orang awam seperti saya, sangat menakjubkan.  Misalnya, bahwa hati yang beratnya sekitar 1,5 kg merupakan organ tubuh yang paling besar, atau  jika usus halus kita di urai, panjangnya bisa sepanjang sebuah bis.  Pantas saja ada orang yang makan seperti orang ngamuk, tapi perut masih dapat menampungnya. 

Bisa juga dilihat hati yang sudah terkena kanker disandingkan dengan hati yang sehat, selain berbagai specimen dengan kondisi kesehatan khusus.  Tapi yang paling berkesan buat saya adalah pameran syaraf sesosok kepala, dimana tidak ada apapun lagi yang kita lihat dari wajah itu kecuali rangka syaraf yang berjalinan begitu indah dan kompleksnya dalam warna merah menyala.  Oh jadi gitu ya, di kepala dan wajah kita saja ada sekelompok jaringan syaraf yang luar biasa fungsi dan keindahannya.  Membuat saya bersyukur punya wajah sempurna, meskipun tak secantik Luna Maya hehehe.

Kita bisa mendapatkan informasi lanjutan melalui alat serupa remote control TV, tapi lebih jangkung dan langsing, dengan sejumlah tombol dan alat pendengar.  Kita tinggal memencet nomer referensi potongan specimen, dan siap mendengarkan informasi lanjutan dari specimen tertentu.





Kontroversi Mayat
Keberanian Von Hagens bukan tanpa kontroversi.  Banyak yang memuji, banyak pula yang mengecam hasil karya nya, mulai dari para scientist yang setuju dan mencibir, para ahli agama dan etika, dan masyarakat umum. 

Para pendukungnya berpikir, terobosannya di bidang sains tergolong brilian, dan akan sangat membantu kita memahami tubuh lebih baik lagi.  Para pengecamnya berpikir dia sudah berjalan terlalu jauh, mencampuri wilayah Tuhan dengan ‘menghidupkan’ mayat mayat tersebut. 

Para ahli etika berpikir sangat tak pantas memamerkan mayat dan organ tubuh secara gamblang, apalagi dengan posisi posisi artistik seperti itu, bahkan beberapa menyebutnya sebagai pameran pornografi tubuh mati.  Para ahli kedokteran menganggap donator mayat itu akan lebih berguna bila disumbangkan untuk orang orang yang membutuhkannya untuk transplantasi. 

Ada pula yang menentangnya dikarenakan kecurigaan bahwa mayat mayat itu kebanyakan adalah para gelandangan yang mati di jalan, atau para tahanan yang mati di eksekusi.  Von Hagens mengklaim bahwa mayat mayat yang dikerjai nya berasal dari para donor legal, orang orang yang menandatangani perjanjian bahwa ketika mereka mati, mereka rela tubuh mereka didonasi untuk kebaikan dan kemajuan dunia ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. 

Sampai saat ini, di German saja, sudah ada daftar antrian 9000 orang yang sudah menandatangani perjanjian jika mereka mati, maka tubuh mereka akan didonorkan ke institusi Plastinasi milik Von Hagens.  Adakah pembaca KoKi yang berminat mendonor?




Yang terakhir, inilah komentar Von Hagens tentang hasil karyanya mengawetkan tubuh manusia dengan cara yang mungkin lebih dahsyat dan indah daripada mumifikasi. 
Semakin  tua, semakin saya sadari bahwa kematian itu normal, dan hidup merupakan anugerah luar biasa.  Saya harap pameran ini akan membantu orang untuk lebih menghargai hidup dan memenuhi hidupnya dengan inspirasi sepanjang waktu”.

sumber : http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/2/934/the_body_worlds_pameran_tubuh_mati







" HIDUP KAN GALLERYDUNIA.COM DENGAN BUDAYA KAN BERKOMENTAR"
"Semua Komentar terlebih dahulu melalui moderator dan akan di tampilkan dalam paling lambat 1 x 24 jam dan untuk email pemberitahuan komentar yang di terbitkan atau replay silahkan klik ' Subscribe by email ; ,komentar spam ,caci maki ,berbau,porno; dan lain-lain yang dapat memancing; keributan akan admin hapus..!! terima kasih.
" JIKA ADA GAMBAR ATAU ARTIKEL YANG RUSAK MOHON BATUAN PEMBACA SETIA UNTUK MEMBERITAHUKAN ADMIN DENGAN BERKOMENTAR DI BAWAH INI "





0 komentar:

Posting Komentar