Tidak hanya restoran cepat saji yang menyediakan menu pahe (paket hemat). Konsep ini juga berlaku bagi wanita-wanita malam di Surabaya. Dengan begitu, konsumen bisa bebas memilih ‘menu’ dari wanita tersebut sesuai selera.
Berdasarkan penelusuran, dunia prostitusi di kota pahlawan ini terus berkembang. Jika ingin murah meriah, tujuannya tentu lokalisasi Dolly yang menyediakan berbagai tipe pekerja seks komersial (PSK). Jika ingin mendapat lebih baik, pilihan bisa jatuh ke cewek-cewek therapist di tempat sauna. Ingin yang high class, bisa mencari di sejumlah jaringan trafficking yang menyediakan mulai gadis ABG, anak kuliahan hingga model.
Semua itu ada plus minusnya. Tergantung selera dan kekuatan dompet pria-pria hidung belang. Jika kelas Dolly cukup mengeluarkan Rp 100 ribu-Rp 150 ribu untuk kencan dengan durasi 1-1,5 jam (short time). Bila di sauna, tentu uang yang dikeluarkan lebih banyak lagi. Selain membayar layanan plus-plus therapist sebesar Rp 500 ribu, masih harus melunasi tarif sauna dengan segala fasilitasnya di kisaran Rp 350 ribu hingga Rp500 ribu (standar). Jadi, paling tidak sekitar Rp 1 jutaan .
Sementara untuk perempuan high class, tarifnya tentu lebih mahal. Di kisaran Rp 1 juta-2 juta. Belum termasuk biaya check in di hotel. Bahkan, biasanya perempuan-perempuan itu kerap minta dibelikan baju atau asesoris fashion lainnya.
Lalu, bagaimana jika ingin mendapatkan perempuan yang kualitasnya oke, tapi dengan tarif terjangkau? Dari sinilah muncul ide dari sejumlah cewek-cewek bispak (bisa dipakai), baik itu wanita pekerja malam maupun lainnya.
Dari penelusuran, kerja mereka tanpa menggunakan mucikari atau germo. Justru menggunakan media yang sederhana tapi efektif, yakni internet. Ada yang melalui jaringan sosial facebook, chatting di Yahoo Messanger dan mIRC. Sebagian lain menggunakan fasilitas Blackberry Messanger (BBM).
Ada beberapa pilihan ‘menu’ yang ditawarkan. Umumnya mereka menawarkan tarif Rp 300 ribu dengan durasi waktu 2 jam. Ada juga yang mematok tarif dengan dasar berapa kali “main”. Jika ingin “main” 2 kali, tarifnya Rp 200 ribu. Kalau ingin nambah main 1 kali lagi, cukup menambahkan Rp 100 ribu sehingga totalnya Rp 300 ribu. Tentu ini lebih murah dan bisa main lebih savety.
“Semua karena kebutuhan hidup. Jujur saya butuh uang. Siapa sih yang nggak kepingin HP baru, baju trendi. Apalagi, sekarang ini mau puasa dan Lebaran,” ujar gadis asal Mojokerto berinisial RV, yang kerap beraksi melalui facebook dan Blackberry.
Meski tempat tinggalnya di Mojokerto, gadis yang baru lulus SMA ini selalu melayani tamunya di Surabaya. Biasanya dia minta dijemput di Terminal Bungurasih sebelum akhirnya check in di hotel.
Selain gadis ABG, ada juga yang dari kalangan karyawati sebuah perusahaan swasta di Sidoarjo. Dia berinisial RN yang tinggal tak jauh dari GOR Sidoarjo. Ia lebih suka mencari pelanggan lewat mIRC. Tapi dia tetap harus punya akun facebook. Sebab, pria yang akan membookingnya pasti menanyakan facebook untuk melihat foto dirinya. Setelah cocok, baru komunikasi via HP untuk membuat kesepakatan check in di hotel mana.
“Kalau gajiku cukup untuk merawat orang tua, saya tak akan bekerja kayak gini,” akunya. [source]
Berdasarkan penelusuran, dunia prostitusi di kota pahlawan ini terus berkembang. Jika ingin murah meriah, tujuannya tentu lokalisasi Dolly yang menyediakan berbagai tipe pekerja seks komersial (PSK). Jika ingin mendapat lebih baik, pilihan bisa jatuh ke cewek-cewek therapist di tempat sauna. Ingin yang high class, bisa mencari di sejumlah jaringan trafficking yang menyediakan mulai gadis ABG, anak kuliahan hingga model.
Semua itu ada plus minusnya. Tergantung selera dan kekuatan dompet pria-pria hidung belang. Jika kelas Dolly cukup mengeluarkan Rp 100 ribu-Rp 150 ribu untuk kencan dengan durasi 1-1,5 jam (short time). Bila di sauna, tentu uang yang dikeluarkan lebih banyak lagi. Selain membayar layanan plus-plus therapist sebesar Rp 500 ribu, masih harus melunasi tarif sauna dengan segala fasilitasnya di kisaran Rp 350 ribu hingga Rp500 ribu (standar). Jadi, paling tidak sekitar Rp 1 jutaan .
Sementara untuk perempuan high class, tarifnya tentu lebih mahal. Di kisaran Rp 1 juta-2 juta. Belum termasuk biaya check in di hotel. Bahkan, biasanya perempuan-perempuan itu kerap minta dibelikan baju atau asesoris fashion lainnya.
Lalu, bagaimana jika ingin mendapatkan perempuan yang kualitasnya oke, tapi dengan tarif terjangkau? Dari sinilah muncul ide dari sejumlah cewek-cewek bispak (bisa dipakai), baik itu wanita pekerja malam maupun lainnya.
Dari penelusuran, kerja mereka tanpa menggunakan mucikari atau germo. Justru menggunakan media yang sederhana tapi efektif, yakni internet. Ada yang melalui jaringan sosial facebook, chatting di Yahoo Messanger dan mIRC. Sebagian lain menggunakan fasilitas Blackberry Messanger (BBM).
Ada beberapa pilihan ‘menu’ yang ditawarkan. Umumnya mereka menawarkan tarif Rp 300 ribu dengan durasi waktu 2 jam. Ada juga yang mematok tarif dengan dasar berapa kali “main”. Jika ingin “main” 2 kali, tarifnya Rp 200 ribu. Kalau ingin nambah main 1 kali lagi, cukup menambahkan Rp 100 ribu sehingga totalnya Rp 300 ribu. Tentu ini lebih murah dan bisa main lebih savety.
“Semua karena kebutuhan hidup. Jujur saya butuh uang. Siapa sih yang nggak kepingin HP baru, baju trendi. Apalagi, sekarang ini mau puasa dan Lebaran,” ujar gadis asal Mojokerto berinisial RV, yang kerap beraksi melalui facebook dan Blackberry.
Meski tempat tinggalnya di Mojokerto, gadis yang baru lulus SMA ini selalu melayani tamunya di Surabaya. Biasanya dia minta dijemput di Terminal Bungurasih sebelum akhirnya check in di hotel.
Selain gadis ABG, ada juga yang dari kalangan karyawati sebuah perusahaan swasta di Sidoarjo. Dia berinisial RN yang tinggal tak jauh dari GOR Sidoarjo. Ia lebih suka mencari pelanggan lewat mIRC. Tapi dia tetap harus punya akun facebook. Sebab, pria yang akan membookingnya pasti menanyakan facebook untuk melihat foto dirinya. Setelah cocok, baru komunikasi via HP untuk membuat kesepakatan check in di hotel mana.
“Kalau gajiku cukup untuk merawat orang tua, saya tak akan bekerja kayak gini,” akunya. [source]
0 komentar:
Posting Komentar