Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk menolong pasangan suami-istri yang subur tetapi karena suatu gangguan pada organ reproduksi, mereka tidak dapat mempunyai anak. Dalam kasus ini, sel telur istri dan sperma suami dipertemukan di luar tubuh dan zigot yang terjadi ditanam dalam kandungan istri. Hal ini kiranya tidak ada pendapat pro dan kontra terhadap bayi yang lahir karena selain tujuannya yang mulia, hal itu juga merupakan keturunan genetik suami dan istri.
Akan tetapi seiring perkembangannya, mulai timbul persoalan dimana banyak pihak yang kontra khususnya dari para agamawan, bila bayi tabung yang sperma atau ovumnya diambil dari bukan pasangan suami isteri yang sah ( Donor Sperma ) . Selain dianggap zina, hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan pencampuradukan dan penghilangan nasab atau keturunan. Disamping menyangkut etika sosial dan agama, donor sperma menjadi hal yang lumayan complicated pula. Masalahnya kalau dulu pasangan resmi (nikah) melakukan donor sperma sebagai pilihan akhir untuk dapat keturunan, sekarang disinyalir banyak pasangan yang tidak syah (nikah) dan single mother yang mencoba cara ini sebagai jalan pintas. Tentu saja kalangan agamawan jadi ‘takut’ akan dampak negatif bila donor sperma dilegitimasi secara terbuka.
Masalah lain dalam bayi tabung ini adalah mengenai “Surrogate Mother” alias “Ibu Pengganti” ( menumpang rahim perempuan lain ), dimana bayi tabung yang berasal sperma yang membuahi sel telur (ovum) pasangannya kemudian disuntikkan ke rahim wanita lain yang bersedia mengandung dan melahirkannya .
Yang sering menjadi masalah adalah mengenai masa depan bayi-bayi yang dilahirkan, efek sosial masa depan keluarga yang bersangkutan ( Psykologis ), pembuatan akte kelahiran, masalah warisan. Bahkan sering terjadi si “Ibu Pengganti” tidak mau mengembalikan si anak yg telah dikandung dan dilahirkannya, ujung-ujungnya pengadilan khan. Disamping itu, hal ini juga dapat dijadikan jalan pintas bagi pasangan untuk dapatkan anak tanpa pengorbanan harus mengandung dan melahirkan. Jadi santai aja…tinggal tunggu di rumah.
Tulisan ini tidak membahas mengenai pro dan kontra, namun ada baiknya menyimak kasus lain yang mungkin bisa menjadi renungan adalah, bila anak hasil donor sperma atau Surrogate Mother yang setelah besar menanyakan ayah biologisnya atau ibu kandungnya.
Dikisahkan pasangan yang sulit punya anak, lantas mereka memutuskan untuk memakai donor sperma. Beberapa tahun setelah si anak lahir, pasangan ini bercerai. Ketika anak beranjak remaja, sang anak yang cerdas menanyakan siapa ayah bilogisnya? Maka sang ibu pun sibuk berburu siapa sebenarnya sosok pendonor yang dulu membantunya mendapatkan anak belasan tahun lalu. Sang ibu pun melacak lewat internet dan website bank sperma, setelah diketahui nomor dan kode pendonor, ternyata banyak user lain yang juga memakai donor yang sama. Weleh.., ternyata sang anak punya banyak ‘saudara’ di luar sana.
Ternyata cukup pelik juga ya. Semua tergantung diri masing-masing, namun perlu dipikirkan efek serius yang bakal ditimbulkan (segala konsekwensinya). Karena yang pasti semua pilihan itu memang punya konsekwensi tersendiri.
www.gallerydunia.com
0 komentar:
Posting Komentar