Akhir hidup seseorang biasanya dikubur didalam tanah lalu menjadi santapan pasukan cacing dan binatang tanah lainnya. Ada pula yang habis dilalap api ( kremasi), sedangkan sebagian lainnya dibekukan atau dibuat mumi. Dengan demikian, para keluarganya tidak dapat lagi berdekatan dan melepas kerinduannya secara langsung.
Tetapi saat ini sebagian orang mendapatkan kesempatan untuk terus berdekatan dan bercengkrama dengan keluarga mereka yang telah meninggal. Sebuah perusahaan Swiss bernama Algordanza telah mampu mengubah jasad manusia menjadi “berlian” melalui suatu proses kimiawi. Mengubah jenazah menjadi berlian kini merupakan tren tersendiri di dunia barat. Sejak berdiri pada 2004, Algordanza yang berarti 'mengenang' dalam bahasa Romancsh (salah satu dari empat bahasa resmi Swiss), kini mempunyai cabang di 20 negara. Enam cabang di antaranya berada di Benua Eropa.
Proses pembuatan :
Untuk mengubah jasad manusia menjadi berlian, proses pertama yang harus dilakoni adalah pengkremasian. "Bila dikremasi, tubuh manusia menyisakan 2,5 kg hingga 3 kg abu. Namun, kami hanya mengambil 500 gram abu," jelas Rinaldo Willy, salah seorang dari dua pendiri Algordanza kepada Agence France-Presse.
Abu tersebut kemudian diproses secara kimiawi sehingga zat potasium dan kalsium terpisah dari karbon. Sekadar catatan, abu jenazah mengandung sekitar 85% zat potasium dan kalsium. Karbon itu lalu dimasukkan ke dalam bejana bertekanan tinggi dan dipanaskan dengan suhu mencapai 1.700 derajat celsius. Tindakan ini akan mengubah karbon menjadi grafit atau allotop karbon. Berkat tambahan tekanan dan panas, grafit akan berubah menjadi berlian.
Keseluruhan proses memakan waktu enam hingga delapan pekan, waktu yang singkat mengingat pembentukan berlian alami menghabiskan ribuan tahun.
Namun, kendati berlian telah terbentuk, proses belum rampung. Masih diperlukan pemolesan dan pemotongan untuk memenuhi permintaan khusus pelanggan. Sebagian besar menghendaki agar berlian menyerupai hati untuk dipakai sebagai kalung, liontin, dan cincin.
Para karyawan yang mengenakan kacamata pelindung sibuk berlalu lalang. Setiap pengunjung tidak boleh mendekati mereka dan harus senantiasa berada di belakang garis kuning-hitam. Menurut Rinaldo, itu sengaja dilakukan untuk menghormati mereka yang telah tiada. "Setiap berlian unik. Warnanya bervariasi, mulai dari biru gelap hingga putih. Ini adalah cerminan dari kepribadian," papar Rinaldo.
Berbicara mengenai harga, Rinaldo mematok nilai nominal antara 4.500 hingga 17.000 franc Swiss (sekitar Rp41,3 juta-Rp156,9 juta), tergantung berat berlian (yang mencakup 0,25 karat hingga 1 karat). Harga itu tidak termasuk pemotongan dan pembentukan berlian. "Di Eropa, ongkos pemakaman sangat mahal. Disamping ruang untuk makam makin sulit, biaya penguburan di Jerman, misalnya, mencapai 12 ribu euro," kilah Rinaldo.
Tetapi tidak semua orang sepakat dengan ide tersebut. Yannick Abel-Coindoz, juru kunci pemakaman Murith di Jenewa, menilai proses itu tidak sesuai dengan etika dan agama.
"Lagi pula mengenakan berlian yang terbuat dari jenazah orang yang Anda cintai justru membuat Anda semakin terikat. Sehingga, Anda tidak kunjung merelakan kepergiannya,anda mau???
dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar