Salah satu kendaraan yang akan memulai tarikan magnet di Jabal Magnet, Medinah, Arab Saudi, Senin (26/11/2012) | Kompas/Fandri Yuniarti
Mengagumkan! Itulah kesan yang muncul saat berkunjung ke Jabal Magnet, salah satu daerah pegunungan batu di Medinah, Arab Saudi. Di kawasan itu, ada satu daerah tertentu sepanjang lebih kurang 9 kilometer yang diduga kuat memiliki magnet yang luar biasa.
Jika kendaraan kita berjalan dari arah Medinah, mobil yang melewati kawasan itu seperti orang sesak napas, karena keberatan untuk melaju akibat adanya tarikan magnet. Sebaliknya, jika bergerak ke arah kota Medinah, maka mobil yang kita tumpangi, dalam kondisi "bebas" perseneling dan gas, akan melaju kencang. Tarikannya mulai dari lambat kemudian terus meningkat, setidaknya hingga lebih kurang 110 kilometer per jam.
Jemaah haji Indonesia umumnya diajak ke perbukitan batu itu, di sela-sela pelaksanaan shalat Arbain (40 waktu shalat wajib, sekitar 8 hari). Salah satu rombongan jemaah yang tergabung dalam Kelompok Terbang 83 JKS, Embarkasi Jawa Barat, misalnya, Senin (26/11/2012) pekan ini mendapat kesempatan tersebut .
Pagi itu, di kawasan yang kini juga dijadikan tempat rekreasi oleh warga setempat, ada sejumlah kendaraan yang menjajal kebolehan magnet alami tersebut. Pemandu jemaah haji Kloter 83 JKS, Muhammad Alam, bercerita, belakangan ini pada hari Rabu, Kamis, dan Sabtu, biasanya ada saja sejumlah keluarga yang piknik ke sana. "Mereka biasanya membawa makanan dan minuman untuk bersantai di sekitar ini," kata Alam, kelahiran Madura, yang sudah menetap di Arab Saudi sekitar 10 tahun.
Untuk meyakinkan kebolehan magnet di pegunungan itu pun, Alam memberi penjelasan detail, bahkan jemaah diminta untuk menyaksikan bagaimana posisi perseneling dan pedal gas bus yang ditumpangi, saat kendaraan bergerak ke arah Medinah. Saat itu, Alam meminta sopir, yang juga warga Indonesia, terlebih dahulu mencari lokasi yang agak rendah dari kawasan yang bermagnet. Dari tempat rendah itulah bus kemudian bergerak ke jalan yang lebih tinggi.
Pantauan Kompas, awalnya mobil yang mesinnya tetap hidup tapi perseniling dan pedal gasnya dalam kondisi "bebas" itu bergerak sangat lambat karena harus menanjak. Tapi, setelah berada dalam jalan yang datar, mobil melaju kencang.Untuk menghindari kecelakaan, sopir harus berupaya mengurangi kecepatan kendaraan dengan cara mengerem. Setelah berjalan lebih kurang 9 kilometer, mobil pun berhenti total, tak bergerak lagi. Sungguh mengagumkan.
Di kawasan itu, tak ada sesuatu yang dinilai menarik, kecuali kehebatan magnet alamnya tadi. Namun, jangan heran jika pada hari Rabu, Kamis dan Jumat ada warung makan yang buka di sana. "Yang dijual biasanya masakan segar, seperti ikan goreng dan sayur-sayuran," kata Alam.
Terlepas dari salah sebut antara magnet dan gravitasi, jabal magnet adalah salah satu keanehan persepsi manusia itu sendiri, bukannya alam
Seorang teman menunjukkan fenomena menarik di Arab Saudi. Orang menyebutnya Gunung Magnet (Jabal Magnet) untuk menjelaskan fenomena ini. Jabal Magnet terletak sekitar 30 km di utara Madinah dan katanya memiliki gaya tarik bumi (yang salah disebut sebagai magnet, padahal gravitasi) jauh lebih besar dari sekitarnya.
Fenomena yang mengesankan disini adalah efek keterbalikan gravitasi. Saat anda jalan menurun, rasanya sangat sulit. Pedal gas harus di tekan dalam-dalam. Sebaliknya, saat anda menanjak naik, kendaraan seolah bergerak begitu saja. Anda bahkan tidak perlu menekan pedal. Bila anda yang biasa di pegunungan, anda tentunya tahu kalau sebaliknya lah yang masuk akal. Naik sangat sulit karena melawan gravitasi, sementara turun sangat gampang, karena dibantu gravitasi. Bukan hanya dengan kendaraan, menuang air atau menggulirkan bola akan tampak naik mendaki, bukannya turun.
Daerah semacam ini bukan hanya ada di Madinah, tapi di China: (Liaoning, Shan Dong, Xi An), Taiwan, Utah, Uruguay, India (Ladakh) dan Korea. Dan tidak ketinggalan di Gunung Kelud, Gunung Semeru dan mungkin di Pager Gunung, Pekalongan, negara kita sendiri. Beberapa orang langsung mengkaitkannya dengan UFO, paranormal, mukjizat religius, hantu, dan hal-hal yang justru lebih aneh lagi dari fenomenanya sendiri.
Jadi apa sebenarnya fakta ilmiahnya? Well, menurut fisikawan, dan dibenarkan oleh pengukuran GPS, efek ini semata hanyalah ilusi. Yup. Ilusi yang disebabkan oleh lansekap. Posisi pohon dan lereng di daerah sekitar, atau garis cakrawala yang melengkung, dapat menipu mata sehingga apa yang terlihat menaiki tanjakan sesungguhnya menuruni tanjakan.
Berdasarkan yang telah anda duga, tidak di seluruh bagian gunung yang mengalami kondisi ‘ajaib’ ini. Hanya pada titik tertentu, yang langka, yang kondisi-kondisi memungkinkan agar efek ini terjadi.
Fisikawan Brock Weiss dari Universitas Negara Bagian Pennsylvania mengatakan “Kuncinya adalah lereng yang bentuknya sedemikian hingga memunculkan efek seolah anda menaiki tanjakan.” Pengukuran GPS yang dilakukan Weiss dan ilmuan lainnya menunjukkan kalau elevasi daerah dasar tanjakan, sesungguhnya lebih tinggi dari elevasi daerah puncak tanjakan. Jalannya sesungguhnya menurun!
Pikiran manusia seringkali menipu, dan inilah mengapa kita tidak dapat semata bertopang pada kesaksian, walaupun jujur. Kita memerlukan alat ukur yang lebih canggih dan obyektif. Dalam kasus jabal magnet dan ratusan gunung sejenis di penjuru dunia, bukan Hukum Gravitasi Newton yang salah, tapi pikiran kita sendiri yang tertipu.
Pengujiannya sederhana sekali, hanya pengukuran GPS di titik dasar dan puncak tanjakan. Anda bisa mencoba sendiri bila anda memiliki GPS. Hal ini mengapa SGS (Saudi Geological Survey) tidak pernah heboh mengenai adanya Jabal Magnet.
Beberapa orang berusaha mengambil penjelasan ilmiah dalam bentuk pengaruh lava berusia ratusan juta tahun. Walau begitu, hal ini jelas salah karena fenomena jabal magnet terjadi di daerah lain yang bukan gunung berapi.
Mata manusia dan otak dapat dengan mudah dibohongi sehingga berpikir kalau hukum fisika dapat berubah, namun yang ada hanyalah penyimpangan sudut pandang dan sudut yang ganjil. Apa yang dimiliki oleh semua lokasi gravitasi terbalik ini adalah cakrawala yang sepenuhnya atau sebagian besar terhalangi. Akibatnya, sulit bagi mata manusia untuk menilai kemiringan sebuah permukaan. Tidak adanya titik referensi yang handal, diperkuat ilusinya oleh indera keseimbangan tubuh, khususnya bila kemiringan lereng ini kecil. Akibat lain dari tidak adanya referensi adalah benda yang secara normal dianggap tegak lurus tanah (seperti pepohonan) dikira memang tegak lurus, padahal ia berbaring. Ilusi ini serupa dengan ilusi kamar Ames, dimana bola dapat terlihat bergulir melawan gravitasi.
Referensi
Seorang teman menunjukkan fenomena menarik di Arab Saudi. Orang menyebutnya Gunung Magnet (Jabal Magnet) untuk menjelaskan fenomena ini. Jabal Magnet terletak sekitar 30 km di utara Madinah dan katanya memiliki gaya tarik bumi (yang salah disebut sebagai magnet, padahal gravitasi) jauh lebih besar dari sekitarnya.
Fenomena yang mengesankan disini adalah efek keterbalikan gravitasi. Saat anda jalan menurun, rasanya sangat sulit. Pedal gas harus di tekan dalam-dalam. Sebaliknya, saat anda menanjak naik, kendaraan seolah bergerak begitu saja. Anda bahkan tidak perlu menekan pedal. Bila anda yang biasa di pegunungan, anda tentunya tahu kalau sebaliknya lah yang masuk akal. Naik sangat sulit karena melawan gravitasi, sementara turun sangat gampang, karena dibantu gravitasi. Bukan hanya dengan kendaraan, menuang air atau menggulirkan bola akan tampak naik mendaki, bukannya turun.
Daerah semacam ini bukan hanya ada di Madinah, tapi di China: (Liaoning, Shan Dong, Xi An), Taiwan, Utah, Uruguay, India (Ladakh) dan Korea. Dan tidak ketinggalan di Gunung Kelud, Gunung Semeru dan mungkin di Pager Gunung, Pekalongan, negara kita sendiri. Beberapa orang langsung mengkaitkannya dengan UFO, paranormal, mukjizat religius, hantu, dan hal-hal yang justru lebih aneh lagi dari fenomenanya sendiri.
Jadi apa sebenarnya fakta ilmiahnya? Well, menurut fisikawan, dan dibenarkan oleh pengukuran GPS, efek ini semata hanyalah ilusi. Yup. Ilusi yang disebabkan oleh lansekap. Posisi pohon dan lereng di daerah sekitar, atau garis cakrawala yang melengkung, dapat menipu mata sehingga apa yang terlihat menaiki tanjakan sesungguhnya menuruni tanjakan.
Berdasarkan yang telah anda duga, tidak di seluruh bagian gunung yang mengalami kondisi ‘ajaib’ ini. Hanya pada titik tertentu, yang langka, yang kondisi-kondisi memungkinkan agar efek ini terjadi.
Fisikawan Brock Weiss dari Universitas Negara Bagian Pennsylvania mengatakan “Kuncinya adalah lereng yang bentuknya sedemikian hingga memunculkan efek seolah anda menaiki tanjakan.” Pengukuran GPS yang dilakukan Weiss dan ilmuan lainnya menunjukkan kalau elevasi daerah dasar tanjakan, sesungguhnya lebih tinggi dari elevasi daerah puncak tanjakan. Jalannya sesungguhnya menurun!
Pikiran manusia seringkali menipu, dan inilah mengapa kita tidak dapat semata bertopang pada kesaksian, walaupun jujur. Kita memerlukan alat ukur yang lebih canggih dan obyektif. Dalam kasus jabal magnet dan ratusan gunung sejenis di penjuru dunia, bukan Hukum Gravitasi Newton yang salah, tapi pikiran kita sendiri yang tertipu.
Pengujiannya sederhana sekali, hanya pengukuran GPS di titik dasar dan puncak tanjakan. Anda bisa mencoba sendiri bila anda memiliki GPS. Hal ini mengapa SGS (Saudi Geological Survey) tidak pernah heboh mengenai adanya Jabal Magnet.
Beberapa orang berusaha mengambil penjelasan ilmiah dalam bentuk pengaruh lava berusia ratusan juta tahun. Walau begitu, hal ini jelas salah karena fenomena jabal magnet terjadi di daerah lain yang bukan gunung berapi.
Mata manusia dan otak dapat dengan mudah dibohongi sehingga berpikir kalau hukum fisika dapat berubah, namun yang ada hanyalah penyimpangan sudut pandang dan sudut yang ganjil. Apa yang dimiliki oleh semua lokasi gravitasi terbalik ini adalah cakrawala yang sepenuhnya atau sebagian besar terhalangi. Akibatnya, sulit bagi mata manusia untuk menilai kemiringan sebuah permukaan. Tidak adanya titik referensi yang handal, diperkuat ilusinya oleh indera keseimbangan tubuh, khususnya bila kemiringan lereng ini kecil. Akibat lain dari tidak adanya referensi adalah benda yang secara normal dianggap tegak lurus tanah (seperti pepohonan) dikira memang tegak lurus, padahal ia berbaring. Ilusi ini serupa dengan ilusi kamar Ames, dimana bola dapat terlihat bergulir melawan gravitasi.
Referensi
- Daftar Gravity Hills di Amerika Serikat.
- Gibbs, P. 1996. I know a place where things seem to roll uphill. How does it work?University of California Riverside.
- Gregory, R. L. 1994. Even Odder Perceptions. Routledge
- Madinah dan Misteri Gunung Magnet.
- Mystery spots anda gravity hills.
- Ong J, Luck WJ, Olson HA. 1980. Reliability, sex difference, and Honi phenomenon in a distorted room. Perceptual & Motor Skills 51 (3 Pt 1): 956–8.
- Sciencedaily. 2006. The Mysterious Gravity Hill: Physicists Show “Antigravity” Mystery Spots Are Optical Illusions
- Wikipedia, 2010. Gravity Hill.
- . Video Jabal Magnet di Madinah
0 komentar:
Posting Komentar