Kunyit yang siap diekspor |
BANJAR, (Tubas) – Kunyit yang mempunyai nama latin curcuma domestica atau di daerah lebih terkenal disebut kunir atau koneng, jika dibudidayakan secara serius, keuntungannya ternyata sangat menggiurkan. Seperti diakui sejumlah petani kunyit di Banjar dan Ciamis, bercocok tanam kunyit yang menghasilkan umbi berbentuk rimpang berwarna kuning tua atau jingga terang dan mengandung zat kurkumin ini, lebih menguntungkan daripada membudidayakan tanaman tahunan berbatang keras seperti albasiah.Buktinya, luas lahan satu hektar dalam kurun waktu 6 bulan mampu menghasilkan kunyit basah 30 sampai 40 ton. Jika dijual dengan harga Rp 1.500 per kg, maka bisa menghasilkan uang sekitar Rp 45 juta sampai Rp 60 juta.
“Modal budi daya kunyit 1 hektar, termasuk sarana produksinya selama 6 bulan, hanya berkisar Rp 8 juta sampai Rp 11 juta. Oleh karena itu, budi daya kunyit dalam satu musim tanam keuntungannya bisa diketahui minimal Rp 37 juta atau Rp 6,1 juta per bulan,” ujar eksportir kunyit tujuan Timur Tengah sekaligus Direktur CV Shinta Pratama Zulkarnaen, didampingi Ketua Koperasi Petani Kunyit Priangan Timur, Agus Wahyudi, Minggu (29/5).
“Terakhir Mei ini, kami berhasil melakukan ekspor kunyit ke Timur Tengah, termasuk Vietnam sekitar 20 ton atau satu kontainer,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan ekspor kunyit ke Timur Tengah sebanyak 18 kontainer atau 2.000 ton ini, Zulkarnaen mengaku, pihaknya, CV Shinta Pratama bekerja sama dengan Koperasi Petani Kunyit Priangan Timur.
“Dari target 3.000 hektar tanaman kunyit yang dikelola CV Shinta Pratama dan 5.000 hektar oleh Koperasi Petani Kunyit, dalam beberapa bulan terakhir terealisasi sekitar 50 hektar,” kata Zulkarnaen kepada tubasmedia.com.
Lebih lanjut dia mengaku optimis, petani yang membudidayakan kunyit akan terus bertambah setiap bulannya. Hal ini menyusul keuntungan yang dianggap sangat menggiurkan dan teknik bercocok tanamnya relatif mudah. Selain bisa dijadikan tanaman inti atau plasma, kunyit ini juga cocok ditumpangsarikan dengan tanaman lain. (mamay)
“Modal budi daya kunyit 1 hektar, termasuk sarana produksinya selama 6 bulan, hanya berkisar Rp 8 juta sampai Rp 11 juta. Oleh karena itu, budi daya kunyit dalam satu musim tanam keuntungannya bisa diketahui minimal Rp 37 juta atau Rp 6,1 juta per bulan,” ujar eksportir kunyit tujuan Timur Tengah sekaligus Direktur CV Shinta Pratama Zulkarnaen, didampingi Ketua Koperasi Petani Kunyit Priangan Timur, Agus Wahyudi, Minggu (29/5).
“Terakhir Mei ini, kami berhasil melakukan ekspor kunyit ke Timur Tengah, termasuk Vietnam sekitar 20 ton atau satu kontainer,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan ekspor kunyit ke Timur Tengah sebanyak 18 kontainer atau 2.000 ton ini, Zulkarnaen mengaku, pihaknya, CV Shinta Pratama bekerja sama dengan Koperasi Petani Kunyit Priangan Timur.
“Dari target 3.000 hektar tanaman kunyit yang dikelola CV Shinta Pratama dan 5.000 hektar oleh Koperasi Petani Kunyit, dalam beberapa bulan terakhir terealisasi sekitar 50 hektar,” kata Zulkarnaen kepada tubasmedia.com.
Lebih lanjut dia mengaku optimis, petani yang membudidayakan kunyit akan terus bertambah setiap bulannya. Hal ini menyusul keuntungan yang dianggap sangat menggiurkan dan teknik bercocok tanamnya relatif mudah. Selain bisa dijadikan tanaman inti atau plasma, kunyit ini juga cocok ditumpangsarikan dengan tanaman lain. (mamay)
0 komentar:
Posting Komentar